
Donald Trump
Jika Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS, ia berencana membawa perubahan besar dalam kebijakan iklim. Trump dapat menarik AS dari Perjanjian Paris untuk kedua kalinya, melonggarkan regulasi polusi udara, dan membuka lahan publik untuk pengembangan bahan bakar fosil. “Ada ketakutan besar akan terulangnya apa yang dilakukan pemerintahan Trump sebelumnya, yang sangat merusak,” kata Juan Declet-Barreto dari Union of Concerned Scientists.
Namun, sebagian ilmuwan menyatakan tekad untuk menghadapi tantangan ini dengan aktivisme atau memperkuat komunikasi publik tentang krisis iklim. Eric Steig, peneliti kutub dari Universitas Washington, bahkan melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas sains yang dilakukan.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump mengangkat pejabat yang membatasi diskusi tentang sains iklim dan mengurangi konsensus ilmiah terkait pemanasan global. Kini, ia merancang kebijakan konservatif melalui Project 2025, termasuk membubarkan NOAA dan melemahkan EPA.
Banyak ilmuwan mulai mengambil langkah pencegahan, seperti menyimpan data penting secara pribadi. Inisiatif independen seperti Environmental Data & Governance Initiative juga muncul untuk melindungi data iklim yang krusial, yang dapat berdampak langsung pada masyarakat. “Jika petani kehilangan informasi tentang kondisi kekeringan, itu akan menjadi masalah besar,” ujar Dan Pisut dari Esri.